
Suara Wakil Rakyat – Jakarta, Waktu menunjukan jam 15:11 sore, Reisen sedang survey tempat yang akan disewa sebagai Kantor dan Studio mereka mendatang. Berlokasi di Cibinong, Cibinong City Mall, Reisen istirahat sejenak dan ngopi santai di Croco by Monsieur Spoon. Mereka memesan Iced Coconut Latte dan Bolo Bun. Bolo Bun adalah roti kecil yang disajikan dengan butter. Ketika Joni mencicipi roti yang dipesannya, teringat ketika ia tinggal di Jerman untuk waktu yang lama. Salah satu Karbo utama di Eropa yaitu Roti dan terdapat Brötschen, roti kecil yang terbuat dari tepung terigu atau gandum. Disantap dengan olesan butter dan dimakan untuk sarapan, cita rasa yang serupa yang dimakan Joni di Cafe tersebut.

Dalam istirahatnya, Reisen juga mengerjakan editing untuk video Youtube yang akan dipublish berjudul “KFC vs MCD vs Richeese Perang ayam goreng ( mana yang lebih enak ?)”. Video ini berisi tentang Joni dan Endan yang mencicipi ayam goreng tepung dari berbagai macam merek. Pertama-tama mereka pergi ke Arion Mal. Di sana mereka membeli ayam goreng dari KFC dan ternyata terdapat promo beli 4 potong ayam tanpa nasi seharga Rp. 26.000,00 untuk dua kali pembayaran dengan total Rp. 52.000,00 setelah pajak. Selanjutnya mereka pindah ke Richeese Factory di lantai yang sama. Mereka membeli paket 2 potong ayam goreng Original dengan pelengkap kentang goreng dan minuman Pink Lava. Karena Reisen hanya membutuhkan ayam goreng untuk dibawa pulang, mereka santai sejenak sambil merokok di ruangan outdoor memakan kentang goreng dengan saus keju spesial Richeese dan Pink Lava yang terbuat dari campuran susu dan santan dengan sirup merah yang berasa manis. Mereka merogoh kocek sebesar Rp. 64.000,00 setelah pajak. Setelah itu mereka turun ke lantai 1 membeli ayam goreng Mcdonald. Reisen memesan 2 ayam goreng tanpa nasi seharga Rp. 41.000,00 setelah pajak.
Dari perhitungan biaya yang mereka keluarkan, harga yang ditawarkan KFC lebih ekonomis karena terdapat promo, namun jika dihitung dengan harga normal ayam goreng Richeese Factory paling rendah dengan perbandingan harga KFC maupun Mcdonald. Meskipun harga ayam goreng Richeese paling murah, apakah rasa ayam gorengnya dapat bersaing dengan KFC maupun Mcdonald? Ayam goreng tepung khas Kentucky, Amerika serikat, ini terbuat dari daging ayam yang dibalut tepung terigu dengan bumbu rempah-rempah rahasia dan digoreng dengan minyak yang banyak. Biasanya metode pemasakan ayam goreng ini, pertama-tama ayam dibalut tepung terigu berbumbu, kemudian digoreng dengan teknik 2 kali penggorengan. Dalam video ini, Reisan akan menjelaskan rasa tiap-tiap ayam goreng dari ketiga merek tersebut.
Menurut pendapat Reisen, ayam goreng KFC memiliki rasa yang lebih gurih berbumbu dan juicy jika dibandingkan dengan kedua merek lainya. Rasa ayam goreng Mcdonald berbumbu lebih tipis, namun kriuk dari tepung yang tergoreng sempurna membuat ayam goreng ini berada pada urutan pertama dengan super crunchy menurut Joni. Namun Endan memiliki pendapat yang berbeda. Rasa yang familiar di lidah Endan dan dengan saus keju spesial Richeese, ayam goreng dari Richeese Factory adalah juaranya.
Sebagai perbandingan, Reisen juga mengunjungi restoran lokal Labbaik Chicken asal Bandung di Jl. Ipik Gandamanah, Purwakarta. Labbaik Chicken adalah restoran fast food yang menawarkan menu ayam goreng tepung dengan sentuhan cita rasa Timur Tengah yang islami serupa dengan Almaz Fried Chicken. Mereka memesan paket ayam goreng Family 3 dengan 5 potong ayam besar, 4 potong ayam kecil dan 5 nasi dengan minuman 2 Es Susu Kurma, 1 Es Lychee Berry dan air mineral merek Le Minerale. Sebagai tambahan mereka juga memesan 1 Chicken Cheese Burger, 1 Beef Patty Cheese Burger, 1 Cream Soup, sambal geprek, saus keju dan bumbu hitam Madura. Total biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp. 211.500,00 dipotong diskon 10% dari pembayaran Non-Tunai sebesar Rp. 199.350,00 untuk 4 orang. Rasa ayam goreng buatan Labbaik Chicken ini sedikit hambar, namun dapat terbantu dengan sambal geprek pedas dengan sedikit rasa kencur ataupun bumbu hitam Madura yang gurih sedikit asin. Cita rasa yang dapat dinikmati seluruh orang Indonesia dan harga yang cocok di kantong, bukan tidak mungkin restoran lokal ini dapat bersaing dengan merek raksasa asal luar negeri.
Suara Wakil Rakyat menilai seharusnya kita juga mendukung restoran lokal dan UMKM, selain karena harga yang ditawarkan jauh lebih murah, ekonomi mikro juga penting untuk diperhatikan, karena dari pedagang-pedagang kecil dan pengusaha mikro dapat menumbuhkan perekonomian dari lapisan paling bawah. Franchise asing dari Amerika Serikat sudah menjamur dimana-mana hingga di seluruh dunia, namun franchise lokal asli Indonesia, seperti Richeese Factory atau Labbaik Chicken yang lebih kecil juga dapat bersaing di pasar Indonesia atau bahkan dapat ekspansi ke negara-negara Asia Tenggara.
Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Haryo Soekartono berpendapat, bahwa UMKM di sektor usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat mendorong perekonomian agar dapat bertumbuh dari berbagai macam lapisan ekonomi. Terlebih UMKM bidang makanan dan minuman atau kuliner dapat membantu dalam pengembangan pariwisata domestik. “UMKM menyumbang sekitar 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan 97% dari penyerapan tenaga kerja nasional.” pungkasnya. (RSE/01)







